LIMA SURAT ITU
Lima Surat itu,
Tidak jemu aku membacanya,
Pertamanya,
Mencerminkan perasaan,
Penulisnya kepada penerimanya,
Tidak merelakan kepergian walaupun seketika.
Lima Surat itu,
Berulangkali aku membacanya,
Keduanya,
Membayangkan perasaan,
Penulisnya kepada orang yang telah pergi,
Rindunya terbawa-bawa dalam tutur katanya.
Lima Surat itu,
Membara perasaanku bila membacanya,
Ketiganya,
Menyatakan kegembiraan,
Penulisnya tentang harinya,
Namun tertitis kekeliruan perasaannya.
Lima Surat itu,
Hampir menitis air mataku bila membacanya,
Keempatnya,
Menebarkan kegembiraan,
Penulisnya yang tidak sabar menunggu kepulangan insan itu,
Dan pemberitaan teman di sekelilingnya.
Lima Surat itu,
Sebakku menahan kerinduan bila membacanya,
Kelimanya,
Menampakkan Perasaan teruja,
Penulisnya untuk bertemu dengan insan yang dirinduinya,
Perbuatannya mencerminkan rindu yang dalam serta harapan yang menggunung.
Lima Surat itu,
Tak jemu berulang ulang kali ku membacanya,
Walau bukan Sembilan Surat itu,
Atau Tujuh Surat itu,
Tapi hanya Lima Surat itu,
Namun, cukup menyinari hidupku,
Walau hanya sementara,
Tiga tahun sudah berlalu,
Masih lagi kuulanginya,
Walau penulisnya sudah ketemu,
Insan yang disayanginya,
Mungkin akan terus kubaca,
Andai Diizinkan Pencipta,
Yang terpatri didalam Lima Surat itu,
Pada mula dan akhirnya.
Lima Surat itu,
Hanyalah tanda rindunya padaku,
Pada tiga tahun lalu,
Dan tanda rinduku,
Pada dirinya yang telah berlalu.
20090428
Subscribe to:
Posts (Atom)